Sebetulnya
kurang benar bila saya katakan “mengenal” Almarhum sebagai gurubesar dan mantan
dekan FH-IPK UI. Saya hanya tahu dari dekat siapa beliau. Saya masuk UI tahun
1955, bulan September,pada awal tahun ajaran kuliah 1955/1956, segera setelah
saya lulus SMA I Jalan Budi Utomo. Saya dari bagian B (I.Pasti) dan karena itu
masih sering bergaul dengan teman-teman lama SMA yang masuk di fakultas
kedokteran UI (beberapa ruang kuliahnya
berdekatan di Salemba 4). Mereka sering bertanya tentang dosen fakultas hukum
yang “pakai kopiah – stelan jas putih dengan kemeja tanpa dasi – gemuk – dan
jalannya melenggang”, yaa, itulah profesor Djokosoetono, dekan saya ! Beliau
menjadi dekan dari tahun 1950 -1962[1].
Kalau
beliau memberi kuliah di Aula UI di Salemba, maka ruangan (kapasitas -/+ 250
mahasiswa) selalu penuh, dan biasanya mahasiswa berlomba untuk duduk di depan.
Mahasiswa tingkat-1 (dinamakan tingkat propadeuse) dicampur dengan mahasiswa
PTIK dan PTHM untuk matakuliah beliau: Ilmu Negara (Staatsleer). Beliau memanggil kami para mahasiswa dengan
“tuan-tuan” dan “nona-nona” dan dalam perkuliahan sering mengutip kalimat
bahasa Belanda – Inggris – atau Perancis (meskipun selalu menerjemahkan
“inti-sari”nya). Dalam kuliah sering disampaikan kritik pada keadaan negara
pada waktu itu, antara lain dengan mempergunakan kata “dayak-dayakkan” (seingat
saya maksud beliau adalah merujuk pada perbuatan atau peristiwa yang
“tidak-tertib” dan “melanggar asas atau peraturan”).
Beliau juga
mengajar Hukum Tatanegara (Staatsrecht)
dan Filsafat Hukum (Rechts Filosofie).
Pada masa itu sebelum seorang ujian (namanya waktu itu tentamen dan examen),
seorang mahasiswa harus lulus suatu test lebih dahulu (namanya waktu itu testimonium), yang diambil/diuji oleh asisten
dosen bersangkutan. Untuk Ilmu Negara “testimonium” diambil oleh asisten prof
Djokosoetono, yaitu ibu Moetiara Djokosoetono,SH. Untuk saya waktu itu
testimoniumnya adalah penguasaan buku McIver, Web of Government dan diambil secara lisan. Ujian Ilmu Negara dan
Tatanegara saya dilakukan secara tertulis, namun untuk ujian Filsafat Hukum
dilakukan secara lisan oleh prof Djokosoetono, dan memakan waktu minimal 30
menit dan maksimal 60 menit. Saya lulus dalam waktu -/+ 45 menit dan mendapat
angka 80 (nilai waktu itu dari 10 sampai dengan 100).
Jadi
pengenalan saya sebagai mahasiswa dengan prof Djokosoetono, hanyalah dalam
perkuliahan dan waktu ujian lisan. Selebihnya saya hanya mengenal beliau dari
jauh, bilamana pagi-pagi datang dengan mobil ke fakultas hukum di Salemba 4,
disongsong oleh pegawai tatausaha yang kemudian mengambil tas beliau dari mobil
dan membawanya ke kantor dekan. Sebelum saya lulus (1961), saya telah menjadi asisten mahasiswa dari dosen
Kriminologi bapak Paul Mudikdo Moeliono,SH. Ini terjadi tahun 1959 dan saya
sempat bertemu tatap muka beliau beberapa kali bersama pak Paul untuk
membicarakan rencana kerja Lembaga Kriminologi UI, yang waktu itu diasuh
bersama oleh fakultas hukum dan fakultas kedokteran. Ruang kerja saya
sehari-hari adalah di Lembaga Kriminologi, dan jaraknya hanya sekitar 30 meter
dari ruang kerja prof Djokosoetono.
Dari
pak Paul saya mendapat ceritera tentang pak Djokosoetono yang dikenal pintar
sebagai mahasiswa Rechtshogeschool (RH)
tetapi selalu “takut” menempuh ujian. Beliau diakui sangat pandai oleh
teman-temannya dan selalu membantu mereka menghadapi ujian (bantuan mengulang
bahan ujian dikenal dengan nama tenteren).
Beliau selalu menyediakan dirinya menjadi teman “tenteren”, tetapi tidak berani
sendiri menghadapi ujian. Akhirnya kelulusan beliau dibantu oleh Prof Logeman,
yang mengajak beliau berkeliling Batavia dengan mobil dan “menguji” beliau
dalam percakapan di mobil. Beliau lulus tahun 1938.[2]
Ceritera ini dibenarkan oleh berbagai pihak, termasuk oleh ayah saya yang lulus
dari RH tahun 1935. Setelah lulus, maka mr.Djokosoetono diangkat menjadi
asisten dosen di RH. Pengangkatan sebagai asisten ini menunjukkan penghargaan
dari guru-guru beliau di RH.
*Tulisan ini telah dimuat di website Liber Amicorum Djokosoetono
[1] Berturut-turut setelah itu menjadi dekan adalah Prof.Soejono
Hadinoto, Prof.Soebekti, Prof,Oemar Seno Adjie, Prof.Soekardino, Prof.Padmo
Wahjono, S.J.Hanifa Wiknjosastro,SH, Mardjono Reksodiputro, SH.MA, Prof.Ch.Himawan,
Prof Girindro Pringgodigdo, Prof.Sri Seryaningsih, Abdul Bari Azed,SH.LLM,
Prof.Hikmahanto Juwana, Prof Safri Nugraha dan Dr.Sri
Hajati, SH.MH.
[2] Beliau lulus pada tahun yang sama dengan Prof.Soebekti dan Prof
Ting Swan Tiong yang kemudian menjadi teman sejawat di FH-UI. Prof.Soekardono
lulus RH tahun 1929, Prof.Hazairin lulus tahun 1935, sedangkan Prof. Soediman
Kartohadiprodjo dan Prof.G.J.Resink lulus bersama ayah saya (Soemitro
Reksodipoetro) tahun 1936.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar